ANALISIS MORFOFONEMIK
PADA CERITA BERSAMBUNG PAK GURU DALAM
MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2012 KARYA
SUHINDRIYO
Oleh:
Heru Tafiyanto
Pendidikan
Bahasa dan Sastra Jawa
Heruponyoel@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Mendeskripsikan proses morfofonemik pada
cerita bersambung Pak Guru, (2)
Mendeskripsikan jenis morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data
dalam penelitian ini berupa satuan gramatikal yang berupa kata yang mengalami
proses morfofonemik. Sumber data yaitu cerita bersambung Pak Guru dalam majalah Djaka
Lodang edisi nomor 10 bulan Agustus sampai dengan edisi nomor 29 bulan
Desember tahun 2012 karya Suhindriyo. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik simak dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah peneliti dan nota
pencatat. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Teknik
penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal. Hasil analisis proses
morfofonemik pada cerita bersambung Pak
Guru yaitu: (1) Perubahan fonem
yaitu, morfem {N-} apabila bertemu dengan kata dasar bersuku kata satu,
maka morfem nasalnya berupa {nge-}; morfem {N-} apabila bertemu
dengan kata dasar yang dimulai dengan fonem /p/
, /w/, /b/, /m/, maka morfem nasalnya akan berupa {m-}; morfem {N-} bila bertemu kata dasar yang dimulai dengan fonem /t/, /d/, /th/, /dh/, maka morfem
nasalnya berupa {n-}; morfem {N-}
apabila bertemu kata dasar yang diawali dengan fonem /k/, /g/, /r/, /l/, /w/,maka
morfem nasalnya berupa {ng-}; morfem
{N-} apabila bertemu kata dasar yang diawali dengan fonem /s/, /c/, /j/, /ny/, maka morfem nasalnya berupa {ny-}. (2) Penambahan fonem meliputi, morfem {N-} + kata dasar yang
diakhiri dengan vokal dapat menambah fonem baru /k/ apabila bertemu dengan akhiran –ake; morfem {dak-/tak-, kok-/tok-, di-, ka-} + kata dasar yang diakhiri dengan vokal dapat
menambah fonem baru /k/ apabila
bertemu dengan akhiran –ake; morfem
{N-} + kata dasar yang diakhiri dengan konsonan dapat menambah fonem baru /e/ yang berada diantara kedua morfem
sebelumnya; morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan konsonan dapat
menambah fonem baru /e/ yang berada
diantara kedua morfem sebelumnya, apabila bertemu dengan akhiran –ake. (3) Penghilangan fonem meliputi, hilangnya fonem /p/, hilangnya fonem /s/, hilangnya fonem /t/, hilangnya fonem /w/.
Kata kunci: morfofonemik,
cerita bersambung
Majalah Djaka Lodang adalah majalah
berbahasa Jawa yang muncul pertama kali pada tahun 1971 di Yogyakarta. Majalah
tersebut muncul setiap hari Sabtu dalam satu minggu. Setiap bulan muncul
sebanyak 4-5 kali tergantung jumlah minggu dalam tiap bulan. Dalam majalah
Djaka Lodang selain memuat tentang bahasa juga memuat tentang sastra dan
budaya, salah satunya cerita bersambung. Hampir semua bahasa yang ada di dunia
mempunyai proses pembentukan kata, termasuk bahasa Jawa, yang digunakan dalam
cerita bersambung Pak Guru dalam
majalah Djaka Lodang.
Morfologi adalah cabang ilmu bahasa
yang di dalamnya mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata dan arti kata
(Ramlan, 2009: 21). Ada berbagai macam bidang kajian morfologi, salah satu dari
kajian tersebut yaitu morfofonemik. Morfofonemik adalah perubahan bentuk
fonemis sebuah morfem yang disebabkan oleh fonem yang ada di sekitarnya atau
oleh syarat-syarat sintaksis lainnya (Poedjosoedarmo dalam Mulyana, 2007:103).
Untuk mengetahui proses morfofonemik yang terjadi, perlu diungkap peristiwa
morfofonemik sebanyak-banyaknya. Dari peristiwa tersebut dapat dikelompokkan
jenis morfofonemik berdasarkan kesamaan prosesnya. Simpulan tersebut kemudian
dapat dijadikan kaidah pembentukan kata yang benar. Jangan sampai menimbulkan
kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan pada tataran makna,
hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Jika terjadi gangguan pada kegiatan
berkomunikasi, maka hilanglah fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi.
Tujuan penelitian proses
morfofonemik pada cerita bersambung Pak
Guru karya Suhindriyo yaitu: (a) (1) Mendeskripsikan proses
morfofonemik pada cerita bersambung Pak
Guru, (2) Mendeskripsikan jenis morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru karya Suhindriyo.
Data dalam penelitian
ini berupa satuan gramatikal yang berupa kata yang mengalami proses
morfofonemik. Sumber data yaitu cerita bersambung Pak Guru dalam majalah Djaka
Lodang edisi nomor 10 bulan Agustus sampai dengan edisi nomor 29 bulan
Desember tahun 2012 karya Suhindriyo. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik simak dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah peneliti dan nota
pencatat. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Teknik
penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal.
1. Proses
morfofonemik dalam cerita bersambung Pak
Guru
- Proses
perubahan fonem
(1)
Jerone tas ana notes cilik, cathetan
kanggo golek werta kanggo mbantu majalah
ing kuthane. (DL:
2012, 10. 2).
Terjemahan : “di dalam tas ada buku
kecil, yang berisi catatan untuk mencari berita untuk mem-bantu sebuah majalah
di kotanya.”
Pada kutipan (1) terdapat kata mbantu. Kata-kata di atas akan mengalami
proses morfofonemik perubahan fonem sebagai berikut, (1) {m-} + bantu, menjadi mbantu “membantu”. Kata-kata tersebut
melalui proses morfofonemik dengan perincian, kata dasar yang mempunyai morfem
awal berupa /b/, baik dengan akhiran -ake atau -i atau bahkan tidak bertemu akhiran, maka morfem nasalnya berupa {m-}.
- Proses
penambahan fonem
(1) Primadana
agahan minggirake motore nalika ponsel ing kanthong heme ngunekake sinyal.
(DL: 2012, 11. 2).
Terjemahan : “Primadana cepat-cepat
menepikan motornya ketika ponsel dikantong hemnya membunyikan tanda.”
(2) Bu
Kus lan Divina njinggleng ngrungokake
ngendikane Pak Dibyo. (DL: 2012, 19. 39).
Terjemahan : “Bu Kus dan Divina
memperhatikan mendengarkan omongannya Pak Dibyo.”
Dalam kutipan di atas (1) terdapat kata
ngunekake, (2) kata ngrungokake. Kata-kata yang terdapat
dalam kutipan tersebut mlalui proses penambahan fonem sebagai berikut, (1) {ng-} + muni + -ake, menjadi ngunekake “membunyikan”, (2) {ng-} + krungu + -ake, menjadi ngrungokake
“mendengarkan”. Proses tersebut terjadi karena morfem {N-} baik berupa {ng-, n-, m-, ny-, dak-, di-} asalkan
bertemu dengan kata dasar dengan akhiran -ake,
maka akan memunculkan fonem baru /k/ yang sebelumnya belum ada pada morfem
sebelumnya.
- Proses
penghilangan fonem
(1) Agus
leksotan mringis karo ngathungake
tangan ngajak salaman liwat selane rujen lawang. (DL: 2012, 21. 2).
Terjemahan : “Agus tersenyum sambil
mengacungkan tangan mengajak jabat tangan lewat sela-sela jeruji pintu.”
Kutipan (1) terdapat kata mringis. Dalam proses penghilangan
fonem, maka prosesnya sebagai berikut, (1) {m-}
+ pringis menjadi mringis “tersenyum” maka fonem /p/
luluh, Proses penghilangan fonem di atas dapat terjadi karena proses
penggabungan morfem yang menyebabkan hilangnya salah satu fonem pada setiap
kata dasar.
2. Bentuk
morfofonemik dalam cerita bersambung Pak
Guru
a. Bentuk
perubahan fonem
Dengan bentuk {N-} apabila bertemu
dengan kata dasar bersuku kata satu maka bentuknya adalah nge-.
1.
Sajake, ngemong kahanan merga lagi ana wong gendhulikan mau. (DL: 2012, 10. 49).
Terjemahan : “Kelihatannya, menjaga
suasana karena sedang ada orang berbisik-bisikan.”
Pada
kutipan (1) terdapat kata ngemong
“menghormati”, {N-} + mong→ ngemong karena {N- → nge}. Morfem {N-} dapat berupa {nge-} karena bertemu dengan kata dasar
yang bersuku kata satu seperti kata, mong
di atas.
b. Bentuk
penambahan fonem
Morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan vokal
dapat menambah fonem baru /k/ apabila
bertemu dengan akhiran -ake. Termasuk
penambahan fonem dengan bentuk {ng-} + bentuk
dasar + -ake.
(1) Ning
nek ngersakake kondur Yogya, boten
saget. (DL: 2012,
10. 51).
Terjemahan : “Akan tetapi kalau
menginginkan pulang Yogya, tidak bisa.”
Kata ngersakake “menginginkan”, Kata-kata
tersebut akan melalui proses penambahan fonem yaitu, (1) {ng-} + kersa + -ake → ngersakake,, penjelasan di atas
merupakan bentukan dari morfem {N-} bertemu dengan kata dasar yang diakhiri
dengan vokal, apabila bertemu dengan akhiran –ake dengan bentuk {ng-}
+ bentuk dasar + -ake, maka akan
menghasikan fonem /k/ yang sebelumnya tidak terdapat pada morfem awal.
Morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan konsonan
dapat menambah fonem baru /e/ yang
berada di antara kedua morfem sebelumnya, baik
bertemu dengan akhiran –ake
ataupun tidak bertemu dengan akhiran,
1. Prima
banjur cepetan anggone ngentekake catune. (DL: 2012, 10. 51).
Terjemahan : “Lalu Prima cepat-cepat
menghabiskan pembicaraan.”
Kata ngentekake “mengahbiskan”. Kata tersebut melalui proses penambahan
fonem dengan morfem {N-} yang berupa {ng-}
jika bertemu dengan kata dasar yang diakhiri dengan konsonan, baik bertemu
dangan akhiran –ake ataupun tidak,
maka akan menambah fonem baru /e/, seperti pada kata ngentekake , {ng-} + entek + -ake → ngentekake.
c. Bentuk
penghilangan fonem
1.
Hilangnya
fonem /p/
(1) Wayah
sore udan riwis-riwis mangan sate
neng warung sing lagi sepi turna papane neng pegunungan. (DL: 2012, 10. 49).
Terjemahan : “Wayah sore hujan
rintik-rintik makan sate di warung yang sedang sepi selain itu tempatnya di
pegunungan.”
Kata Mangan “makan” morfem {N} yang berupa {m-} bertemu dengan kata pangan, maka secara otomatis fonem /p/
luluh.
2.
Hilangnya
fonem /s/
(1) Karo
mbanterake motor mripate kober nyawang
panel speedometer.
(DL: 2012, 10. 2).
Terjemahan : “Sambil memperkencang
laju motor matanya masih sempat melihat jarum speedometer.”
Kata Nyawang “melihat” morfem {N} yang berupa
{ny-} bertemu dengan kata sawang, maka secara otomatis fonem /s/
luluh.
Berdasarkan
hasil penelitian analisis morfofonemik dalam cerita bersambung Pak Guru pada majalah Djaka Lodang tahun
2012 karya Suhindriyo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, yang pertama
proses morfofonemik dalam cerita bersambung Pak
Guru dibagi menjadi tiga proses yaitu, a) proses perubahan fonem seperti
kata ngeles
‘memberi pelajaran tambahan’, kata mbusak
‘menghapus’, dan kata nyangklek ‘membawa
digantungkan dibahu’. Proses tersebut bisa terjadi karena morfem nasal dapat
berubah-berubah menyesuaikan dengan kata dasar. b) proses penambahan fonem
seperti kata digunakake ‘digunakan’,
kata ngentekake ‘menghabiskan’.
Proses tersebut terjadi penambahan fonem, karena {di-} + guna + -ake, maka akan menambah fonem /k/ pada penggabungan tersebut, begitu
juga {ng-} + entek + -ake , maka akan menambah fonem /e/ yang sebelumnya belum terdapat pada penggabungan tersebut. c)
penghilangan fonem seperti kata mringis “tersenyum”,
proses tersebut terjadi karena {m-} +
pringis, menjadi mringis, maka fonem /p/ hilang atau luluh.
Penulis
menyadari pernyataan seperti itu menunjukkan kekurang-sempurnaan hasil
penelitian ini. Kiranya hal tersebut merupakan kesempatan bagi peneliti
berikutnya dalam topik yang sama dan penelitian yang lebih sempurna. Penelitian
ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. Selain
itu, penelitian ini dapat membantu memperluas pengetahuan pembaca tentang
bahasa Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Majalah
Djaka Lodang edisi No. 10 Bulan Agustus
sampai dengan Edisi No. 29 Bulan Desember 2012.
Mulyana.
2007. Morfologi Bahasa Jawa.
Yogyakarta : Kanwa Publisher.
Ramlan,
M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : CV. Karyono.