Monday, August 10, 2015

Essay



ANALISIS MORFOFONEMIK PADA CERITA BERSAMBUNG PAK GURU DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2012 KARYA SUHINDRIYO

Oleh: Heru Tafiyanto
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Heruponyoel@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Mendeskripsikan proses morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru, (2) Mendeskripsikan jenis morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa satuan gramatikal yang berupa kata yang mengalami proses morfofonemik. Sumber data yaitu cerita bersambung Pak Guru dalam majalah Djaka Lodang edisi nomor 10 bulan Agustus sampai dengan edisi nomor 29 bulan Desember tahun 2012 karya Suhindriyo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah peneliti dan nota pencatat. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal. Hasil analisis proses morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru yaitu: (1) Perubahan fonem yaitu, morfem {N-} apabila bertemu dengan kata dasar bersuku kata satu, maka  morfem nasalnya berupa {nge-}; morfem {N-} apabila bertemu dengan kata dasar yang dimulai dengan fonem /p/ , /w/, /b/, /m/, maka morfem nasalnya akan berupa {m-}; morfem {N-} bila bertemu kata dasar yang dimulai dengan fonem /t/, /d/, /th/, /dh/, maka morfem nasalnya berupa {n-}; morfem {N-} apabila bertemu kata dasar yang diawali dengan fonem /k/, /g/, /r/, /l/, /w/,maka morfem nasalnya berupa {ng-}; morfem {N-} apabila bertemu kata dasar yang diawali dengan fonem /s/, /c/, /j/, /ny/, maka morfem nasalnya berupa {ny-}. (2) Penambahan fonem meliputi, morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan vokal dapat menambah fonem baru /k/ apabila bertemu dengan akhiran –ake; morfem {dak-/tak-, kok-/tok-, di-, ka-} + kata dasar yang diakhiri dengan vokal dapat menambah fonem baru /k/ apabila bertemu dengan akhiran –ake; morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan konsonan dapat menambah fonem baru /e/ yang berada diantara kedua morfem sebelumnya; morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan konsonan dapat menambah fonem baru /e/ yang berada diantara kedua morfem sebelumnya, apabila bertemu dengan akhiran –ake. (3) Penghilangan fonem meliputi, hilangnya fonem /p/, hilangnya fonem /s/, hilangnya fonem /t/, hilangnya fonem /w/.

Kata kunci: morfofonemik, cerita bersambung

Majalah Djaka Lodang adalah majalah berbahasa Jawa yang muncul pertama kali pada tahun 1971 di Yogyakarta. Majalah tersebut muncul setiap hari Sabtu dalam satu minggu. Setiap bulan muncul sebanyak 4-5 kali tergantung jumlah minggu dalam tiap bulan. Dalam majalah Djaka Lodang selain memuat tentang bahasa juga memuat tentang sastra dan budaya, salah satunya cerita bersambung. Hampir semua bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan kata, termasuk bahasa Jawa, yang digunakan dalam cerita bersambung Pak Guru dalam majalah  Djaka Lodang.
Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang di dalamnya mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata dan arti kata (Ramlan, 2009: 21). Ada berbagai macam bidang kajian morfologi, salah satu dari kajian tersebut yaitu morfofonemik. Morfofonemik adalah perubahan bentuk fonemis sebuah morfem yang disebabkan oleh fonem yang ada di sekitarnya atau oleh syarat-syarat sintaksis lainnya (Poedjosoedarmo dalam Mulyana, 2007:103). Menurut Ramlan (1987:84), perubahan morfofonemik sebenarnya hanya ada tiga macam, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses penghilangan fonem. Untuk mengetahui proses morfofonemik yang terjadi, perlu diungkap peristiwa morfofonemik sebanyak-banyaknya. Dari peristiwa tersebut dapat dikelompokkan jenis morfofonemik berdasarkan kesamaan prosesnya. Simpulan tersebut kemudian dapat dijadikan kaidah pembentukan kata yang benar. Jangan sampai menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Jika terjadi gangguan pada kegiatan berkomunikasi, maka hilanglah fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi.
Tujuan penelitian proses morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru karya Suhindriyo yaitu: (a) (1) Mendeskripsikan proses morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru, (2) Mendeskripsikan jenis morfofonemik pada cerita bersambung Pak Guru karya Suhindriyo.
Data dalam penelitian ini berupa satuan gramatikal yang berupa kata yang mengalami proses morfofonemik. Sumber data yaitu cerita bersambung Pak Guru dalam majalah Djaka Lodang edisi nomor 10 bulan Agustus sampai dengan edisi nomor 29 bulan Desember tahun 2012 karya Suhindriyo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah peneliti dan nota pencatat. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal.

1.      Proses morfofonemik dalam cerita bersambung Pak Guru
  1. Proses perubahan fonem
(1)   Jerone tas ana notes cilik, cathetan kanggo golek werta kanggo mbantu majalah ing kuthane. (DL: 2012, 10. 2).
Terjemahan : “di dalam tas ada buku kecil, yang berisi catatan untuk mencari berita untuk mem-bantu sebuah majalah di kotanya.”

          Pada kutipan (1) terdapat kata mbantu. Kata-kata di atas akan mengalami proses morfofonemik perubahan fonem sebagai berikut, (1) {m-} + bantu, menjadi mbantu “membantu”. Kata-kata tersebut melalui proses morfofonemik dengan perincian, kata dasar yang mempunyai morfem awal berupa /b/, baik dengan akhiran -ake atau -i atau bahkan tidak bertemu akhiran, maka morfem nasalnya berupa {m-}.
  1. Proses penambahan fonem
(1)   Primadana agahan minggirake motore nalika ponsel ing kanthong heme ngunekake sinyal. (DL: 2012, 11. 2).
Terjemahan : “Primadana cepat-cepat menepikan motornya ketika ponsel dikantong hemnya membunyikan tanda.”
(2)   Bu Kus lan Divina njinggleng ngrungokake ngendikane Pak Dibyo. (DL: 2012, 19. 39).
Terjemahan : “Bu Kus dan Divina memperhatikan mendengarkan omongannya Pak Dibyo.”

        Dalam kutipan di atas (1) terdapat kata ngunekake, (2) kata ngrungokake. Kata-kata yang terdapat dalam kutipan tersebut mlalui proses penambahan fonem sebagai berikut, (1) {ng-} + muni + -ake, menjadi  ngunekake “membunyikan”, (2) {ng-} + krungu + -ake, menjadi ngrungokake “mendengarkan”. Proses tersebut terjadi karena morfem {N-} baik berupa {ng-, n-, m-, ny-, dak-, di-} asalkan bertemu dengan kata dasar dengan akhiran -ake, maka akan memunculkan fonem baru /k/ yang sebelumnya belum ada pada morfem sebelumnya.
  1. Proses penghilangan fonem
(1)   Agus leksotan mringis karo ngathungake tangan ngajak salaman liwat selane rujen lawang. (DL: 2012, 21. 2).
Terjemahan : “Agus tersenyum sambil mengacungkan tangan mengajak jabat tangan lewat sela-sela jeruji pintu.”

               Kutipan (1) terdapat kata mringis. Dalam proses penghilangan fonem, maka prosesnya sebagai berikut, (1) {m-} + pringis menjadi mringis “tersenyum” maka fonem /p/ luluh, Proses penghilangan fonem di atas dapat terjadi karena proses penggabungan morfem yang menyebabkan hilangnya salah satu fonem pada setiap kata dasar.
2.      Bentuk morfofonemik dalam cerita bersambung Pak Guru
a.      Bentuk perubahan fonem
Dengan bentuk {N-} apabila bertemu dengan kata dasar bersuku kata satu maka bentuknya adalah nge-.
1.      Sajake, ngemong kahanan merga lagi ana wong gendhulikan mau. (DL: 2012, 10. 49).
Terjemahan : “Kelihatannya, menjaga suasana karena sedang ada orang berbisik-bisikan.”
Pada kutipan (1) terdapat kata ngemong “menghormati”, {N-} + mongngemong karena {N- → nge}. Morfem {N-} dapat berupa {nge-} karena bertemu dengan kata dasar yang bersuku kata satu seperti kata, mong  di atas.
b.      Bentuk penambahan fonem
Morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan vokal dapat menambah fonem baru /k/ apabila bertemu dengan akhiran -ake. Termasuk penambahan fonem dengan bentuk {ng-} + bentuk dasar + -ake.
(1)   Ning nek ngersakake kondur Yogya, boten saget. (DL: 2012, 10. 51).
Terjemahan : “Akan tetapi kalau menginginkan pulang Yogya, tidak bisa.”

Kata ngersakake “menginginkan”, Kata-kata tersebut akan melalui proses penambahan fonem yaitu, (1) {ng-} + kersa + -ake ngersakake,, penjelasan di atas merupakan bentukan dari morfem {N-} bertemu dengan kata dasar yang diakhiri dengan vokal, apabila bertemu dengan akhiran –ake dengan bentuk {ng-}­ + bentuk dasar + -ake, maka akan menghasikan fonem /k/ yang sebelumnya tidak terdapat pada morfem awal.
Morfem {N-} + kata dasar yang diakhiri dengan konsonan dapat menambah fonem baru /e/ yang berada di antara kedua morfem sebelumnya, baik  bertemu dengan akhiran –ake ataupun tidak bertemu dengan akhiran,
1.      Prima banjur cepetan anggone ngentekake catune. (DL: 2012, 10. 51).
Terjemahan : “Lalu Prima cepat-cepat menghabiskan pembicaraan.”

Kata ngentekake “mengahbiskan”. Kata tersebut melalui proses penambahan fonem dengan morfem {N-} yang berupa {ng-} jika bertemu dengan kata dasar yang diakhiri dengan konsonan, baik bertemu dangan akhiran –ake ataupun tidak, maka akan menambah fonem baru /e/, seperti pada kata ngentekake , {ng-} + entek + -ake → ngentekake.
c.       Bentuk penghilangan fonem
1.      Hilangnya fonem /p/
(1)   Wayah sore udan riwis-riwis mangan sate neng warung sing lagi sepi turna papane neng pegunungan. (DL: 2012, 10. 49).
Terjemahan : “Wayah sore hujan rintik-rintik makan sate di warung yang sedang sepi selain itu tempatnya di pegunungan.”

Kata Mangan “makan” morfem {N} yang berupa {m-} bertemu dengan kata pangan, maka secara otomatis fonem /p/ luluh.
2.      Hilangnya fonem /s/
(1)   Karo mbanterake motor mripate kober nyawang panel speedometer. (DL: 2012, 10. 2).
Terjemahan : “Sambil memperkencang laju motor matanya masih sempat melihat jarum speedometer.”

Kata Nyawang “melihat” morfem {N} yang berupa {ny-} bertemu dengan kata sawang, maka secara otomatis fonem /s/ luluh.
Berdasarkan hasil penelitian analisis morfofonemik dalam cerita bersambung Pak Guru pada majalah Djaka Lodang tahun 2012 karya Suhindriyo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, yang pertama proses morfofonemik dalam cerita bersambung Pak Guru dibagi menjadi tiga proses yaitu, a) proses perubahan fonem seperti kata  ngeles ‘memberi pelajaran tambahan’, kata mbusak ‘menghapus’, dan kata nyangklek ‘membawa digantungkan dibahu’. Proses tersebut bisa terjadi karena morfem nasal dapat berubah-berubah menyesuaikan dengan kata dasar. b) proses penambahan fonem seperti kata digunakake ‘digunakan’, kata ngentekake ‘menghabiskan’. Proses tersebut terjadi penambahan fonem, karena {di-} + guna + -ake, maka akan menambah fonem /k/ pada penggabungan tersebut, begitu juga {ng-} + entek + -ake , maka akan menambah fonem /e/ yang sebelumnya belum terdapat pada penggabungan tersebut. c) penghilangan fonem seperti kata mringis “tersenyum”, proses tersebut terjadi karena {m-} + pringis, menjadi mringis, maka fonem /p/  hilang atau luluh.
Penulis menyadari pernyataan seperti itu menunjukkan kekurang-sempurnaan hasil penelitian ini. Kiranya hal tersebut merupakan kesempatan bagi peneliti berikutnya dalam topik yang sama dan penelitian yang lebih sempurna. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini dapat membantu memperluas pengetahuan pembaca tentang bahasa Jawa.

DAFTAR PUSTAKA
Majalah Djaka Lodang edisi No. 10 Bulan Agustus  sampai dengan Edisi No. 29 Bulan Desember 2012.

Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa. Yogyakarta : Kanwa Publisher.

Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.  Yogyakarta : CV. Karyono.

Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : CV. Karyono.

No comments:

Post a Comment