Sunday, August 2, 2015

pragmatics



PRINSIP KERJASAMA (MAKSIM) DALAM SUATU PERCAKAPAN
Makalah disusun untuk memenuhi tugas  UTS Mata Kuliah Pragmatik
Dosen Pengampu: Aris Hidayat, S.pd







Disusun oleh:



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2011



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sebuah percakapan terdiri atas mitra tutur dan apa yang akan dibicarakan. Percakapan merupakan salah satu dari bentuk wacana karena didalam sebuah percakapan terdapat suatu unsure dalam wacana yaitu pendapat, ide dan gagasan. Menurut mulyana (2005:1) Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relative paling kompleks dan paling lengkap dan akan bersifat pragmatis.Untuk melakukan percakapan secara kooperatif, didalam teori implikaturnya, Grice (1975:43:47) dalam Rustono(1999:53) mengemukakan dua subteori, yang pertama mengenai makna komunikasi dan yang kedua menyangkut penggunaan bahasa. Prinsip kerjasama merupakan pokok subteori tentang penggunaan bahasa. Penggunaaan bahasa inilah dimaksudkan sebagai upaya membimbing para peserta percakapan agar dapat melakukan percakapan secara kooperatif. Sehingga didalam praktisnya prinsip kerjasama sangat diperlukan dalam sebuah percakapan. Prinsip kerjasama itu antara lain sebagfai berikut maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu sebagai berikut
1.      Bagaimana bentuk dari maksaim kualitas itu?
2.      Bagaimana bentuk dari maksaim kuantitas itu?
3.      Bagaimana bentuk dari maksaim relevansi itu?
4.      Bagaimana bentuk dari maksaim pelaksanaan?


BAB II
PEMBAHASAN
Grice (1975)dalam Cummings (2007:14) kerjasama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya dan rasionalitas percakapan pada khususnya. Kerjasama membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri terhadap percakapan dan bagaimana kita mulai meninterpretasikan kontribusi-kontribusi orang lain. Didalam prinsip kerjasama Grice (1975:45)dalam Rustono(1999:54) menjabarkan kerjasama kedalam empat maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara/ pelaksanaan. Pada intinya keempat maksim inimenetapkan apa yang harus dilakukan oleh para partisipan agar dapat bercakap-cakap dengan cara yang lebih efisien, rasional dan penuh kerjasama.
A.    Maksim Kualitas
Berisi tentang nasihat untuk memberikan kontribusi yang benar bukti-bukti tertentu, atau menuntut peserta tutur berkata benar. Levinson (1983)dalam Cumming (2007:15) mengatakan dalam maksim kualitas usahakan memberikan kontribusi yang benar khususnya tidak mengatakan sesuatu yang tidak memiliki bukti. Sehingga penutur hendaknya mendasarkan tuturannya pada bukti yang memadai.
Berikut ini adalah sebuah contoh maksim kualitas yang diambil dari wacana dialok.
Dodi                : (Rumangsa salah weruh Bapake ora kaya adat saben, ora tau gujengan)’’Aku kudu matur Bapak. Aku kudu blaka karo Bapak. Aku siap nampa akibate’’.
Pak Darno       : (Lenggah ing kursi goyang. Pasuryane katon sedhih. Pirsa Dodi nyedhaiki banjur mundhut pirsa)’’Ana apa, Dod?’’.
Dodi                :(Mlaku alon-alon, nyedaki bapake)’Anu Pak, kula badhe matur’’.
Pak Darno       : Arep matur apa, kok sajak wigati?’’.
Dodi                :’’Badhe matur, menawi ingkang mecahaken gelasipun Bapak, sajatosipun kula.
Jawaban yang dikemukakan oleh Doni diatas secara kualitas benar. Karena memang Doni yang memecahkan gelas Bapaknya yaitu gelas Pak Darno. Sehingga jawaban itu benar.

B.     Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas berisi pembicaraan menyangkut jumlah kontribusi terhadap koherensi percakapan. Maksim ini mengarahkan kontribusi yang cukup memadai dari seorang penutur didalam suatu percakapan. Levinson (1983) dalam Cumming (2007:15) mengatakan bahwa dalam maksim kuantitas : berikan kontribusi anda sebagai kontribusi yang dapat memberikan informasi sebagaimana yang diperlukan untuk tujuan pertukaran percakapan yang ada. Jawaban yang diminta oleh seorang penutur itu secukupnya saja sesuai dengan apa yang diminta.
Berikut contoh maksim kuantitas yang diambil dari dialok
Bu Darno        :’’Wah , Bapak mesti duka ki, wong gelas klangenane je!tolong Mbok, resikana pecahan gelas iki. Ati-ati yen ngenangi sikil.
Mbok Tumi     :’’Nggih Bu.( Mbok Tumi banjur njupuk sapu duk lan engkrak plastic)
Bu Darno        : Lha…,Dodi menyang ngendi, Mbok?
MbokTumi      : ( Tetep nyapu gelas pecah)’’Tilem menawi’’
Pak Darno       : ( Bubar siram banjur leyeh-leyeh neng kursi teras serambi maca Koran. Wedang wis cumepak ing dhuwur meja) Bu, gelasku kok kaya ngene. Gelasku endi?’.
Bu Darno        :Anu Pak, pecah’’.
Jawaban yang dikemukakan oleh penutur kedua Mbok Tumi tepat/ kooperatif. Hal ini karena penanya hanya membutuhkan jawaban singkat dari komunikasi tidak membutuhkan jawaban yang lainnya.


C.    Maksim Relevansi
Maksim Relevansi menyarankan penutur untuk mengatakan hal-hal yang relevan dan sesuai dengan topic pembicaraan. Kontribusi penutur yang relevan dengan masalah yang dibicarakan merupakan keharusan bagi penutur dalam mengikuti maksim relevansi ini.
Berikut contoh maksim Relevansi yang diambil dari dialok
Panggung        : Pawon utawa dhapur. Sepi, sing ana mung Dodi. Dodi arep njupuk serbet, ora sengaja nyenggol gelas, pecah. Swarane banter banget
Dodi    : (Plonga-plongo. Raine pucet. Kringete dleweran ing pipine. Nyekeli sirahe banjur diusek-usek).’’Wah cilaka ki! Piye anggonku matur Bapak mengko. Ah, tinimbang mumet, becike aku turu bae’’. Mbuh, mangsa bodhowo mengko’’( Dodi nggremeng karo mlaku mlebu kamare, langsung  nggletak turu).
Bu Darno: (Kondur saka pasar, kaget pirsa ana gelas pecah pating slebar ing pawon) Mbok, sapa sing mecahake gelase Bapak?.
Mbok Tumi: ( Sing lagi mulih saka pasar warung. Matur karo Ghedeg). Duka Bu. Kula wau kesah dhateng warung tumbas gendhis. Wau dereng pecah kok Bu.

D.    Maksim Cara
Maksim Cara sebagai bagian dari prinsip kerjasama menyarankan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan jelas. Agar mudah dipahami, dalam maksim ini hendaknya menghindari ketidak jelasan, jangan berbelit-belit dan bersikaplah teratur
Berikut contoh maksim Cara yang diambil dari dialok
Dodi                :’’ Badhe matur, menawi ingkang mecahaken gelasipun Bapak sejatosipun kula. Menawi Bapak badhe ndukani kula mboten badhe mbantah. Menawi badhe dipun ukum, kula inggih purun nampi. Kula salah lan dosa kalian Bapak’’.
Pak Darno       : ( Mung mesem. Dodi dirangkul)’’Dhuh, ngger cah bagus, iki sing Bapak tunggu-tunggu. Sejatine Bapak wis pirsa yen mecahke gelas iku kowe’’.
Dodi                : Lho, kok Bapak pirsa menawi kula ingkang mecahhake, sinten ingkang nyanjangi Bapak?’’.
Pak Darno       :’’ Sing ngandhani ya awakmu dhewe. Awit kowe nglindur saben bengi. Aku sing mecahake. Aku sing mecahake. Ngerti?’’.
Percakapan diatas diucapkan oleh penutur dengan jelas. Dalam percakapan diatas tidak ada perkataan yang berbelit-belit, kabur, tidak berlebih-lebihan dan rumit untuk dipahami. Jadi termasuk maksim cara

















BAB III
PENUTUP
Dari uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.      Maksim Kualitas adalah maksim yang menuntut seorang penutur untuk berkata benar. Perkataan yang diucapkan penutur merupakan sesuatu yang sudah pasti.
2.      Maksim Kuantitas merupakan maksim yang menuntut penutur untuk mengatakan sesuatu dengan apa adanya tidak berbelit-belit secukupnya.
3.      Maksim Relevansi merupakan maksim yang menyatakan penutur untuk mengatakan hal-hal yang relevan atau sesuai dengan pembicaraan.
4.      Maksim Cara adalah maksim yang menyarankan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan jelas agar mudah dipahami.

















DAFTAR PUSTAKA
Cummimgs, Louise.2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyana.2005.Kajian wacana teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana.Yogyakarta:Tiara Wacana

No comments:

Post a Comment